Jangan Menyerah

Selasa, 14 Mei 2013


            Ina dan Sudarni serta Ardi anaknya ialah artis jalanan. Ina dan Sudarni ialah penari tradisional sedangkan anaknya Ardi ialah pemain gitar kotak. Mereka bekerja mulai pagi hingga larut malam demi mencukupi kebutuhan hidup mereka.

            Pada suatu hari, Sudarni dan Ardi sedang berdandan untuk bekerja. Sudarni merasa tidak enak badan, tapi ia memaksa untuk melanjutkan berdandan.
            “Uhuk…uhuk…uhuk..”suara batuk Sudarni yang disertai dengan muntah darah.
            “Ya Allah..” kata Sudarni sambil melihat tangannya yang bersimbah darah.
            Setelah itu dengan segera ia membersihkan tangannya agar kejadian itu tidak diketahui Ardi.
            “Emak..!” kata Ardi dengan riangnya mengagetkan Sudarni.
            “Ada apa to di ? Kamu itu ya ngagetin emak.” Ujar Sudarni sambil menggendong anaknya.
            “Emak kenapa ? Emak sakit ya, kok kelihatannya lesu tak bersemangan ?” ucap Ardi.
            “Emak nggak papa kok di. Sudahlah ayo cepat berangkat.” Kilah Sudarni.
            Akhirnya Sudarni dan Ardi berangkat mengamen. Sebelumnya mereka pergi terlebih dahulu ke rumah Ina untuk menjemputnya. Mereka bertiga pergi dari satu kampung ke kampung lain, dari perempatan ke perempatan lain. Mereka menari dengan gembira tanpa memperdulikan sengatan matahari yang menyengat. Jika merasa lelah mereka akan beristirahat di warung kaki lima yang ada di pinggir jalan.
            Pada saat mereka beristirahat, Sundari tengah berpikir apakah ia akan tetap bekerja seperti ini atau pulang kampung saja ke Pacitan, kampung halamannya. Tiba-tiba
            “Mbak Darni sakit ya? Kok tadi waktu nari nggak seperti biasannya.” Celetuk Ina.
            “Ah, enggak kok. Cuma nggak konsentrasi aja.”kilah Sudarni.
            “Emak ayo keliling lagi !” ajak Ardi kepada ibunya.
            Setelah istirahat sejenak mereka melanjutkan pekerjaan mereka. Mereka berhenti sebentar di pingri jalan untuk menari. Sampai suatu ketika Sudarni mulai kehiangan kendali atas dirinya dan seketika itu ia pingsan di pinggir jalan.
            “Mbak…mbak..bangun mbak” ucap Ina sambil menggoyangkan tubuh Sudarni.
            “Pak..Bu…tolong ibu saya !” kata Ardi mencari pertolongan orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.
Lalu datanglah Arimbi yang merasa iba pada mereka.
            “Ayo Bu ! bawa temannya yang pingsan itu ke mobil saya.” Kata Arimbi pada Ina.
            “Terima kasih ya bu.” Kata Ina pada Arimbia.
            “Sudahlah bu, sesame manusia kan harus saling tolong menolong.”balas Arimbi
            Akhirnya Arimbi membawa Sudarni ke rumah sakit bersama dengan Ina dan Ardi. Di rumah sakit Sudarni tak kunjung sadar, setelah diperiksa oleh dokter ternyata Sudarni menderita TBC kronis dan harus segera dioperasi. Ina yang mendengar hal itu terkejut, karena ia tidak tahu harus darimana uang untuk membayar operasi Sudarni. Arimbi yang mendengar hal itu langsung saja mendonorkan uangnya untuk membantu operasi Sudarni, Operasi yang dijalankan Sudarni berhasil, ia hidup sehat dan kembali menjadi artis jalanan.
            Sepuluh tahun kemudian, ia telah menjadi orang yang mapan dan berkecukupan atas usahanya sebagai artis jalanan yang pantang menyerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

Most Reading