Aku
dan Yuda sedang berada di sebuah desa terpencil untuk menemukan harta karun. Saat
fajar mulai menyingsing kami langsung menuju hutan yang tergambar dalam peta
harta karun.
Kami masuk hutan itu dengan percaya
dirinya, tanpa sadar kami pun tersesat di dalam hutan. Semakin kami masuk
semakin sepi saja hutan ini. Hanya kicauan burung saja yang dapat kami dengar. Semakin
masuk semakin gelap pula hutan ini. Hanya seberkas cahaya yang dapat menembus
kegelapan hutan ini.
Tiba-tiba, tanpa sadar kami terpeleset
hingga kami terjatuh ke dalam jurang yang sangat dalam. Jurang ini bukan hanya
dalam tapi juga gelap. Satu-satunya cara agar kami dapat keluar ialah menyusuri
terowongan dalam jurang ini, karena tidak mungkin untuk memanjat jurang ini.
Aku dan Yuda berjalan menyusuri
terowongan panjang. Untuk mengusir kebosanan serta kelelahan, kami bernyanyi
bersama. Disaat asyik-asyiknya menyanyi, Yuda merasa ada sesuatu yang
menggelitik lehernya. Spontan aku terdiam dan melihat kea rah Yuda.
“Hey Yud, cepat menoleh ke belakang!”
bentakku.
“Memangnya ada apa?” sambil
menolehkan kepalanya ke belakang.
“Oo…oh, astaga ! Mo…mo…monster !!”
teriaknya
Aku dan Yuda berlari kencang
menjauhi monster itu. Kami bersembunyi di celah-celah bebatuan. Monster itu
bertubuh besar, sekitar dua kali ukuran tubuh kami, memiliki mata merah
menyala, berbulu lebat serta memiliki kuku yang panjang. Setengah berbisik, aku
bertanya pada Yuda.
“Apa yang harus kita lakukan ?”
Yuda terdiam lalu ia berkata, “Kita
harus melawannya !” dengan nada penuh semangat.
Tidak kuduga Yuda membawa pedang
portable yang dapat menjadi besar jika kita tekan salah satu tombolnya. Dengan percaya
diri kami keluar dari persembunyian untuk melawan para monster itu. Monster itu
berjumlah empat ekor. Kami melawan mereka dengan susah payah, namun apa daya
para monster itu lebih kuat serta lebih banyak. Kami pun menyerah dan kembali
bersembunyi.
Di dalam persembunyian, kami
menyusun strategi bagaimana cara untuk mengalahkan monster-monster itu. Disaat
Yuda menyusun strategi, aku sempatkan waktu untuk berkeliling tempat
persembunyian. Kulihat banyak sekali rongsokan tulang belulang manusia di
lantai. “Apakah ini jurang kematian yang digambarkan dalam peta itu ?” batinku.
Aku kembali ke tempat Yuda, dan
menanyakan apakah ia sudah punya strategi untuk melawan para monster itu. Ia
memberitahukan bahwa ia sudah punya ide untuk melawan para monster.
Kami pun keluar dari persembunyian
dan menemui monster-monster itu. Untunglah mereka sedang terlelap, jadi kami
bisa menjalankan rencana kami. Rencana kami yaitu mengikat kaki mereka agar
mereka saat berjalan terjatuh. Kami menunggu monster itu untuk terbangun,
setelah menunggu sekian lama, para monster itu terbangun juga. Kami berlari ke
arah monster itu untuk membuat mereka berjalan mengejar kami. Aku mencoba
memancing perhatian mereka. Para monster itu perlahan-lahan mendekati kami,
kami pun lari sekencang mungkin. Kami melihat bahwa monster-monster itu
terjatuh. Sesaat kami mengira bahwa kami telah berhasil mengalahkan monster
itu. Tiba-tiba monster itu bangkit dan melepaskan talinya lalu mengejar kami. Sekali
lagi kami kalah dari monster itu, dan kami kembali lagi ke persembunyian.
Dalam persembunyian.
Dalam persembunyian.
“Hey, Yud! Apa yang harus kita
lakukan sekarang?” tanyaku.
“Aku tidak tahu Ir !” balas Yuda.
“Apa memang nasib kita ini akan
berakhir disini, dimakan oleh para monster mengerikan itu ?” balasku.
“Tentu saja tidak. Kita harus
berusaha menemukan cara untuk melawan mereka.” Ujar Yuda dengan semangat.
Disaat Yuda memikirkan cara lain
untuk mengalahkan monster, aku sekali lagi berjalan berkeliling tempat
persembunyian. Disaat aku berjalan, aku mendengar suara seseorang meminta
tolong. Semakin kudekati sumber suara itu, semakin keras pula suara minta
tolong yang kudengar. Ternyata sumber suara itu berasal dari dalam reruntuhan
bebatuan. Ku arahkan senterku menuju celah bebatuan itu.
“Oh, syukurlah. Wahai anak muda
tolong bantu saya keluar dari sini.” ujar orang itu.
“Baiklah pak. Tolong tunggu sebentar
saya akan panggilkan teman saya agar dapat mengeluarkan bapak dari sana.”
Kuhampiri
Yuda.
“Yuda,
Yuda !! Cepat bantu aku sekarang !’ kataku tergesa-gesa.
“Memangnya
ada apa ?” ujar Yuda bertanya-tanya.
“Ada
seorang bapak yang terjebak di reruntuhan batu.” Ujarku.
“Baiklah
kita harus menolongnya.”kata Yuda seraya ia berdiri dari duduknya.
Akhirnya
bapak itu berhasil kami selamatkan. Sambil kami obati, ia menceritakan siapa
dia dan kisah bagaimana ia bisa sampai disini. Ia bernama Pak Susilo, ia
merupakan seorang penjelajah. Oa menceritakan bahwa ia telah disini selama 8
hari. Ia bercerita bahwa ia terjebak karena salah satu monster mencoba
menangkapnya, karena tempat ini sempit maka tangan sang monster tersangkut dan
tidak bisa keluar. Monster itu memaksa tangannya untuk keluar, akibatnya
langit-langit gua berjatuhan menimpa Pak Susilo yang sedang bersembunyi. Selanjutnya
gentian kami yang bercerita kenapa kami bisa sampai disini.
“Setelah
mendengar cerita kami, apakah anda mau membantu kami agar kita semua bisa
keluar dari sini ?” tanyaku pada Pak Susilo.
“Baiklah,
sebagai balas jasa, aku akan membantu kalian dengan segala kemampuan yang aku
bisa.”
Kami
mendiskusikan strategi untuk melawan para monster itu. Stratgei kami ialah
menyerang langsung monster itu menggunakan senjata yang kami miliki. Yuda menggunakan
pedangnya, Pak Susilo menggunakan meriamnya, sedangkan aku menggunakan pistol
ajaib. Lalu kami serang semua monster itu. Ternyata seluruh senjata kamii tidak
mempan, sebagian serangan kami terpental. Pernah sekali Yuda memotong lengan
salah satu monster, tapi lengan monster itu tumbuh kembali seperti sedia kala.
Aku
mengamati dinding gua tempat kami bersembunyi. Ada banyak sekali gambar yang
menceritakan monster itu menyerang sekelompok orang. Diceritakan disana bahwa
satu-satunya cara melenyapkan monster itu dengan menggunakan ‘API’. Kuberitahu Pak
Susilo dan Yuda bahwa cara untuk membasmi monster itu dengan menggunakan api.
Pak Susilo pun mimiliki ide cemerlang. Ia berkata bahwa kia bisa mendapatkan
api dengan menggosok-gosokkan batu.
Setelah kami
mempersiapkan segalanya, mulailah kami memancing para monster itu. Setelah monster
itu semakin mendekat, ku gesekkan batu di kedua tanganku agar menghasilkan api.
Tapi, api yang kuharapkan tak kunjung terbentuk. Sedangkan, Pak Susilo sudah
mulai menyerang monster itu dengan api yang dibentuknya.
“Ir…cepatlah
!!”kata Yuda.
“Tunggulah
sebentar, batu ini hamper bisa..”kataku
Aku berdoa
pada Tuhan agar kami bisa selamat dari monster-monster ini. Akhirnya batu yang
ku gesek berhasil menghasilkan api. Api yang sangat besar hingga dapat membunuh
dua monster sekaligus. Akhirnya seluruh monster berhasil kami bunuh. Kami telusuri
terowongan ini hingga sampai ujung.
“Terima
kasih ya Tuhan. Akhirnya kami bisa keluar dari Jurang Kematian.”
Setelah keluar
dari terowongan, aku dan Yuda berpisah dengan Pak Susilo. Aku dan Yuda
meneruskan mencari harta karun sedangkan Pak Susilo melanjutkan petualangannya
entah kemana.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar