Jurang Kematian

Senin, 06 Mei 2013


            Aku dan Yuda sedang berada di sebuah desa terpencil untuk menemukan harta karun. Saat fajar mulai menyingsing kami langsung menuju hutan yang tergambar dalam peta harta karun.
            Kami masuk hutan itu dengan percaya dirinya, tanpa sadar kami pun tersesat di dalam hutan. Semakin kami masuk semakin sepi saja hutan ini. Hanya kicauan burung saja yang dapat kami dengar. Semakin masuk semakin gelap pula hutan ini. Hanya seberkas cahaya yang dapat menembus kegelapan hutan ini.
            Tiba-tiba, tanpa sadar kami terpeleset hingga kami terjatuh ke dalam jurang yang sangat dalam. Jurang ini bukan hanya dalam tapi juga gelap. Satu-satunya cara agar kami dapat keluar ialah menyusuri terowongan dalam jurang ini, karena tidak mungkin untuk memanjat jurang ini.
            Aku dan Yuda berjalan menyusuri terowongan panjang. Untuk mengusir kebosanan serta kelelahan, kami bernyanyi bersama. Disaat asyik-asyiknya menyanyi, Yuda merasa ada sesuatu yang menggelitik lehernya. Spontan aku terdiam dan melihat kea rah Yuda.
            “Hey Yud, cepat menoleh ke belakang!” bentakku.
            “Memangnya ada apa?” sambil menolehkan kepalanya ke belakang.
            “Oo…oh, astaga ! Mo…mo…monster !!” teriaknya
            Aku dan Yuda berlari kencang menjauhi monster itu. Kami bersembunyi di celah-celah bebatuan. Monster itu bertubuh besar, sekitar dua kali ukuran tubuh kami, memiliki mata merah menyala, berbulu lebat serta memiliki kuku yang panjang. Setengah berbisik, aku bertanya pada Yuda.
            “Apa yang harus kita lakukan ?”
            Yuda terdiam lalu ia berkata, “Kita harus melawannya !” dengan nada penuh semangat.
            Tidak kuduga Yuda membawa pedang portable yang dapat menjadi besar jika kita tekan salah satu tombolnya. Dengan percaya diri kami keluar dari persembunyian untuk melawan para monster itu. Monster itu berjumlah empat ekor. Kami melawan mereka dengan susah payah, namun apa daya para monster itu lebih kuat serta lebih banyak. Kami pun menyerah dan kembali bersembunyi.
            Di dalam persembunyian, kami menyusun strategi bagaimana cara untuk mengalahkan monster-monster itu. Disaat Yuda menyusun strategi, aku sempatkan waktu untuk berkeliling tempat persembunyian. Kulihat banyak sekali rongsokan tulang belulang manusia di lantai. “Apakah ini jurang kematian yang digambarkan dalam peta itu ?” batinku.
            Aku kembali ke tempat Yuda, dan menanyakan apakah ia sudah punya strategi untuk melawan para monster itu. Ia memberitahukan bahwa ia sudah punya ide untuk melawan para monster.
            Kami pun keluar dari persembunyian dan menemui monster-monster itu. Untunglah mereka sedang terlelap, jadi kami bisa menjalankan rencana kami. Rencana kami yaitu mengikat kaki mereka agar mereka saat berjalan terjatuh. Kami menunggu monster itu untuk terbangun, setelah menunggu sekian lama, para monster itu terbangun juga. Kami berlari ke arah monster itu untuk membuat mereka berjalan mengejar kami. Aku mencoba memancing perhatian mereka. Para monster itu perlahan-lahan mendekati kami, kami pun lari sekencang mungkin. Kami melihat bahwa monster-monster itu terjatuh. Sesaat kami mengira bahwa kami telah berhasil mengalahkan monster itu. Tiba-tiba monster itu bangkit dan melepaskan talinya lalu mengejar kami. Sekali lagi kami kalah dari monster itu, dan kami kembali lagi ke persembunyian.
 Dalam persembunyian.
            “Hey, Yud! Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanyaku.
            “Aku tidak tahu Ir !” balas Yuda.
            “Apa memang nasib kita ini akan berakhir disini, dimakan oleh para monster mengerikan itu ?” balasku.
            “Tentu saja tidak. Kita harus berusaha menemukan cara untuk melawan mereka.” Ujar Yuda dengan semangat.
            Disaat Yuda memikirkan cara lain untuk mengalahkan monster, aku sekali lagi berjalan berkeliling tempat persembunyian. Disaat aku berjalan, aku mendengar suara seseorang meminta tolong. Semakin kudekati sumber suara itu, semakin keras pula suara minta tolong yang kudengar. Ternyata sumber suara itu berasal dari dalam reruntuhan bebatuan. Ku arahkan senterku menuju celah bebatuan itu.
            “Oh, syukurlah. Wahai anak muda tolong bantu saya keluar dari sini.” ujar orang itu.
            “Baiklah pak. Tolong tunggu sebentar saya akan panggilkan teman saya agar dapat mengeluarkan bapak dari sana.”

            Kuhampiri Yuda.
            “Yuda, Yuda !! Cepat bantu aku sekarang !’ kataku tergesa-gesa.
            “Memangnya ada apa ?” ujar Yuda bertanya-tanya.
            “Ada seorang bapak yang terjebak di reruntuhan batu.” Ujarku.
            “Baiklah kita harus menolongnya.”kata Yuda seraya ia berdiri dari duduknya.
            Akhirnya bapak itu berhasil kami selamatkan. Sambil kami obati, ia menceritakan siapa dia dan kisah bagaimana ia bisa sampai disini. Ia bernama Pak Susilo, ia merupakan seorang penjelajah. Oa menceritakan bahwa ia telah disini selama 8 hari. Ia bercerita bahwa ia terjebak karena salah satu monster mencoba menangkapnya, karena tempat ini sempit maka tangan sang monster tersangkut dan tidak bisa keluar. Monster itu memaksa tangannya untuk keluar, akibatnya langit-langit gua berjatuhan menimpa Pak Susilo yang sedang bersembunyi. Selanjutnya gentian kami yang bercerita kenapa kami bisa sampai disini.
            “Setelah mendengar cerita kami, apakah anda mau membantu kami agar kita semua bisa keluar dari sini ?” tanyaku pada Pak Susilo.
            “Baiklah, sebagai balas jasa, aku akan membantu kalian dengan segala kemampuan yang aku bisa.”
            Kami mendiskusikan strategi untuk melawan para monster itu. Stratgei kami ialah menyerang langsung monster itu menggunakan senjata yang kami miliki. Yuda menggunakan pedangnya, Pak Susilo menggunakan meriamnya, sedangkan aku menggunakan pistol ajaib. Lalu kami serang semua monster itu. Ternyata seluruh senjata kamii tidak mempan, sebagian serangan kami terpental. Pernah sekali Yuda memotong lengan salah satu monster, tapi lengan monster itu tumbuh kembali seperti sedia kala.
            Aku mengamati dinding gua tempat kami bersembunyi. Ada banyak sekali gambar yang menceritakan monster itu menyerang sekelompok orang. Diceritakan disana bahwa satu-satunya cara melenyapkan monster itu dengan menggunakan ‘API’. Kuberitahu Pak Susilo dan Yuda bahwa cara untuk membasmi monster itu dengan menggunakan api. Pak Susilo pun mimiliki ide cemerlang. Ia berkata bahwa kia bisa mendapatkan api dengan menggosok-gosokkan batu.
            Setelah kami mempersiapkan segalanya, mulailah kami memancing para monster itu. Setelah monster itu semakin mendekat, ku gesekkan batu di kedua tanganku agar menghasilkan api. Tapi, api yang kuharapkan tak kunjung terbentuk. Sedangkan, Pak Susilo sudah mulai menyerang monster itu dengan api yang dibentuknya.
            “Ir…cepatlah !!”kata Yuda.
            “Tunggulah sebentar, batu ini hamper bisa..”kataku
            Aku berdoa pada Tuhan agar kami bisa selamat dari monster-monster ini. Akhirnya batu yang ku gesek berhasil menghasilkan api. Api yang sangat besar hingga dapat membunuh dua monster sekaligus. Akhirnya seluruh monster berhasil kami bunuh. Kami telusuri terowongan ini hingga sampai ujung.
            “Terima kasih ya Tuhan. Akhirnya kami bisa keluar dari Jurang Kematian.”
            Setelah keluar dari terowongan, aku dan Yuda berpisah dengan Pak Susilo. Aku dan Yuda meneruskan mencari harta karun sedangkan Pak Susilo melanjutkan petualangannya entah kemana.

TAMAT
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

Most Reading